E-Business
Persaingan di dunia usaha saat
ini semakin ketat, persyaratan terhadap kualitas produk, harga, ketersediaan
produk di pasaran serta ketepatan pengiriman menjadi tuntutan utama konsumen.
Tidak terkecuali di Indonesia pun sama. Perusahaan dituntut untuk dapat secara
optimal membentuk suatu sistem dan melakukan koordinasi, baik di dalam suatu
fungsi perusahaan ataupun antar fungsi-fungsi yang dimiliki oleh perusahaan.
Pengembangan fungsi-fungsi yang
dimiliki oleh perusahaan berjalan seiring dengan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi. Sebagai contoh, teknologi jaringan telah mampu
merubah paradigma lingkungan bisnis dari fisik menjadi electronic business.
Telah banyak perusahaan yang menggunakan teknologi informasi untuk
mengembangkan cross functional enterprise systems yang mengintegrasikan
fungsi-fungsi bisnis secara tradisional yang dimilikinya guna melakukan
reengineer dan meningkatkan proses bisnis yang utama dalam perusahaan.
Cross functional enterprise
system yang dilakukan oleh perusahaan berkaitan dengan enterprice resources
planning, customer relationship management, enterprise application integration,
supply chain management dan enterprice collaboration systems. Penerapan
e-business system dalam perusahaan biasanya menggunakan bantuan software,
dimulai penerapannya pada fungsi per fungsi kemudian berkembang antar fungsi
yang menjadi cross-funtional client/server application.
E-business (sering disebut
electronic business) adalah penggunaan sistem informasi, teknologi informasi,
internet, dan hubungan interaktif antara konsumen, mitra, dan suppliers untuk
mendukung proses bisnis utama, yups … kira-kira singkatnya seperti itu penjelasan
singkatnya dari kebanyakan literatur yang ada. Proses bisnis utama pada suatu
organisasi biasanya terkait dengan fungsi-fungsi (primary functions dan support
functions) yang terdapat pada model value chain yang dikembangkan oleh Porter.
Dari konsep yang dipopulerkan IBM
akhirnya banyak perusahaan software besar yang ikut mengembangkan layanan
e-business diantaranya the big four (IBM, Oracle, SAP, dan Microsoft). Layanan
e-business yang mereka kembangkan telah terintegrasi dalam suatu paket produk, diantaranya
: IBM Business Solutions, Oracle Business Intelligence, SAP Business Suite, dan
Microsoft Dynamics.
Konsep e-business ini dilatar belakangi
dengan adanya krisis yang dialami IBM sehingga akhirnya mengganti CEO-nya pada
tahun 1993.
Pertumbuhan internet yang sangat
cepat mulai pertengahan 1990-an, banyak pihak yang melihat sebagai suatu
kesempatan emas yang dapat membuat perusahaan lebih unggul, namun banyak yang
belum bisa memanfaatkan keadaan tersebut. Ditengah keadaan perkembangan
jaringan yang semakin semrawut dan kacau, perkembangan intranet, server, situs
web, browser, dan search engine, yang mengindikasikan diperlukannya
pengembangan platform baru yang luas dan kuat untuk mengakomodasi keseluruhan
bisnis, baik skala besar dan kecil, sehingga tidak hanya dapat digunakan untuk
menjual produk dan mempromosikan merek.
Melihat keadaan yang dapat
mengubah cara kerja perusahaan, akhirnya pada tahun 1995 Louis Gerstner, CEO
IBM saat itu berhasil mengatasi krisis finansial yang dialami IBM dan mengagendakan
bagaimana membuat internet bisa menjadi alat bisnis ke bisnis yang bermanfaat,
dengan mengandeng Dennie Welsh sebagai Kepala Integrated Systems Services
Corporation (anak perusahaan IBM) saat itu, dan Marketing Executive John
Patrick yang memiliki persepsi sama dengan dia.
Untuk menangani rencana besar
Gerstner akhirnya dibentuk Internet Division dibawah pimpinan Irving
Wladawsky-Berger, dengan tugasnya untuk merumuskan dan meluncurkan strategi
internet perusahaan di seluruh unit bisnis.
Sehingga pada musim gugur 1997,
Louis Gerstner melalui IBM mengkampanyekan pemasaran yang sangat kreatif untuk
mendorong dan menyediakan layanan agar setiap perusahaan mampu menerapkan
e-business dan memanfaatkan internet sebagai nilai bisnis.
Pada prinsipnya, e-Business kerap
didefinisikan sebagai “aktivitas yang berkaitan secara langsung maupun tidak
langsung dengan proses pertukaran barang dan/atau jasa dengan memanfaatkan
internet sebagai medium komunikasi dan transaksi”. Perkembangan teknologi
komputer dan telekomunikasi (teknologi informasi) yang sangat pesat dewasa ini
telah mengakibatkan terjadinya revolusi di dunia perdagangan dan industri. Jika
dahulu transaksi bisnis yang harus dilakukan secara tatap muka (face-toface),
melibatkan sejumlah fasilitas dan sumber daya fisik (office and paper), dan
mempertukarkan barang dan jasa terkait dengan uang kertas atau receh; maka pada
saat ini transaksi serupa dapat dilakukan oleh siapa saja dan dari mana saja
secara fleksibel (tanpa harus bertatap muka), dilakukan dengan menggunakan
peralatan elektronik (handphone ,gadget, komputer, personal digital assistant,
dsb.) dan internet, dimana proses pembayaran dilakukan melalui mekanisme
transfer informasi keuangan (credit card, ATM, digital money, dsb.). Para
praktisi bisnis harus melihat fenomena ini sebagai suatu tawaran kesempatan
untuk dapat meningkatkan kinerja bisnis dari berbagai segi secara signifikan,
karena banyak sekali hal yang dapat dilakukan seperti: memperbaiki efisiensi,
efektivitas, transformasi industri, dan lain
sebagainya. Intinya adalah, jika praktisi bisnis melihat adanya sumber
daya fisik atau proses bisnis yang saat ini dapat didigitaliasikan, maka
disitulah kesempatan konsep e-Business dapat diimplementasikan.
Syarat utama yang harus dipenuhi
oleh sebuah perusahaan yang ingin mengimplementasikan konsep e-Bussiness adalah
bahwa manajemen perusahaan harus benar-benar memahami filosofi dasar dari
konsep e-Business (bukan sekedar ikut-ikutan atau latah belaka). Setelah itu, barulah
dua hal penting yang harus dimiliki, masing-masing adalah: kemauan dan
kemampuan. “Kemauan” artinya adanya keinginan, inisiatif, komitmen, dan
dukungan dari segenap pimpinan dan manajemen perusahaan untuk
mengimplementasikan konsep e-Business di institusi yang dikelolanya. Mengapa
aspek “kemauan” tersebut diperlukan karena sering kali inisiatif penerapan
prinsip e-Business memerlukan paradigma dan pandangan baru terhadap bagaimana
cara-cara mengelola bisnis (misalnya: prosedur kerja berbasis proses yang
sifatnya lintas fungsi) dari segenap sumber daya manusia perusahaan. Bahkan
tidak jarang ditemukan proyek penerapan eBusiness yang dilakukan secara
simultan dengan program manajemen perubahan (change management).
“Kemampuan” berarti perusahaan memiliki sumber
daya yang cukup untuk mewujudkan “kemauan” tersebut, seperti: sumber daya
manusia dengan kompetensi dan keahlian yang dibutuhkan, dukungan finansial yang
memadai, keberadaan fasilitas teknologi informasi terkait (aplikasi, database,
komputer, internet, dan infrastruktur), dan kerjasama kondusif dengan berbagai mitra bisnis (vendor, pemasok,
lembaga keuangan, dan lain sebagainya). Sebagian besar dari sumber daya
tersebut merupakan komponen utama dari sebuah konsep e-Business, yaitu: proses
bisnis yang akan men-drive aplikasi, data/informasi yang akan men-drive
database, teknologi yang akan men-drive perangkat keras dan infrastruktur, dan
stakeholders (mereka yang berkepentingan) yang akan men-drive sumber daya
manusia (user dan pengembang sistem e-Business), dan sistem governance (seperti
kebijakan, prosedur, job description, dan lain-lain).
Pada prinsipnya, seluruh
perusahaan – tanpa perduli ukuran dan jenisnya – dapat menerapkan konsep
e-Business. Hal ini disebabkan karena dalam proses penciptaan produk maupun
jasanya, setiap perusahaan pasti membutuhkan sumber daya informasi. Karena
berbagai fungsi dan proses bisnis membutuhkan data/informasi, maka bagaimana
informasi tersebut diciptakan dan didistribusikan merupakan hal yang krusial
untuk dikelola perusahaan. Salah satu fitur dari konsep e-Business adalah
menawarkan cara-cara penciptaan, penyimpanan, pengolahan, dan pendistribusian
informasi yang efisien dan efektif di dalam sebuah perusahaan maupun antara
perusahaan dengan stakeholdernya (supplier, customer, mitra bisnis, vendor, dan
pihak lain yang berkepentingan).