Ando Jefri

Kamis, 26 Desember 2013

Ilmu Pengetahuan melawan kemiskinan

            Manusia merupakan mahkluk yang paling special yang diciptakan Tuhan, hal itu menunjukkan status yang lebih tinggi dari mahkluk hidup yang lain. Tiap tahunnya manusia berkembang dalam diri dan menciptakan pengetahuan-pengetahuan baru. Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.[1] Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.[2]. http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu.
            Ilmu pengetahuan mempunyai peran penting untuk melawan kemiskinan dan kesejahteraan pada masyarakat, semakin ilmu pengetahuan merata dalam suatu lingkungan masyarakat maka kemiskinan pun semakin berkurang. Kemiskinan merupakan hal yang krusial pada bangsa kita. Total rakyat miskin saat ini mencapai sekitar 28.07 juta jiwa seperti yang terlansir dalam website pemerintah yaitu http://www.bps.go.id/?news=1023.
            Berikut adalah hasil kutipan dari website pemerintah: “Pada bulan Maret 2013, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,07 juta orang (11,37 persen), berkurang sebesar 0,52 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2012 yang sebesar 28,59 juta orang (11,66 persen).
            Selama periode September 2012-Maret 2013, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 0,18 juta orang (dari 10,51 juta orang pada September 2012 menjadi 10,33 juta orang pada Maret 2013), sementara di daerah perdesaan berkurang 0,35 juta orang (dari 18,09 juta orang pada September 2012 menjadi 17,74 juta orang pada Maret 2013).
            Selama periode September 2012-Maret 2013, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan tercatat mengalami penurunan. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2012 sebesar 8,60 persen, turun menjadi 8,39 persen pada Maret 2013. Sementara penduduk miskin di daerah perdesaan menurun dari 14,70 persen pada September 2012 menjadi 14,32 persen pada Maret 2013.
            Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada Maret 2013 tercatat sebesar 73,52 persen, kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi September 2012 yang sebesar 73,50 persen.
            Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan relatif sama dengan di perdesaan, diantaranya adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, mie instan, gula pasir, tempe, dan bawang merah. Sedangkan, untuk komoditi bukan makanan diantaranya adalah biaya perumahan, listrik, pendidikan, dan bensin.
            Pada periode September 2012-Maret 2013, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan penurunan. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit.”
            Jika kita melihat dari data diatas maka kemiskinan yang pada tahun 2013 mengalami penurunan, itu merupakan hasil yang baik bagi keadaan bangsa kita dan pemerintah, terlepas dari hal pemerintah juga menggalakan sekolah wajib 12 tahun dimana yang artinya setiap anak harus menyelesaikan sekolah sampai tingkat sekolah menengah atas (SMA). Hal itu juga karena pemerintah mengerti benar bahwa pengetahuan merupakan peranan yang sangat penting yang harus dilakukan oleh setiap warga Negara. Karena dengan tinggi tingkat pengetahuan atau pendidikan dari generasi muda maka semakin tahun angka kemiskinan akan semakin berkurang.
            Tentunya hasil yang didapat belum maksimal dengan target pemerintah dimana seluruh generasi muda mempunyai pengetahuan yan mempuni agar generasi muda dapat membuka pekerjaan atau usaha-usaha yang baru dijamannya. Program pemerintah juga harus mendapat dukungan dari orang tua agar sejak dini menanamkan kegiatan sekolah sampai mendapat pengetahun yang layak dan dapat bekerja sesuai kebutuhan lapangan pekerjaan.

Rabu, 25 Desember 2013

Mengapa terjadi warga elit, warga menengah dan warga bawah di kultur masyarakat?

                Status warga pada dasarnya sama disetiap bangsa dan Negara itu merupakan status ysng mutlak dari setiap warga Negara tersebut. Status warga melalui hokum pada dasarnya mempunyai semua hak dan kewajiban yang sama dimana setiap warga memiliki perlakuan yang sama.
                Bagnsa Indonesia terkenal dengan bangsa yang ramah dan suka bergotong royong hal into dapat dilihat dari suatu perjuangan kemerdekaan yang diperoleh ketika melawan penjajahan. Namun berjalannya waktu ada banyak kecemburuan social uang terjadi dimana terdapat perbedaan perlakuan pada warga negera yang bereda pada permerintahan atau sipil dengan masyarakat biasa.
                Perbedaan sudah terlihat pada jaman colonial belanda, dimana setiap warga yang mendukung pemerintahan belanda kala itu mempunyai hak lebih pada saat pemerintahan dimana mereka disegani dan ditakuti oleh masyarakat biasa dan mempunayai fasilitas yang lebih serta berpakaian yang berbeda. Mengapa hal itu bisa terjadi?
                Status pada warga Negara terjadi karena beberapa hal ada yang terjadi karena asal tempat tinggal atau leluhur masyarakat atau terjadi dari status social. Pada status yang terjadi pada leluhur itu terjadi karena keturunan pada jaman dahulu apakah orang yang dilahirkan keturunan dari kaum bangsawan, masyarakat biasa atau budak. Tidak semua warga mempunyai status, itu tergantung dari suku dan wilayah dimana mereka berasal. Contoh warga yang mempunyai status dapat dilihat pada provisi Bali, Sumatra dimana warga dilihat dari keturunan siapa dia lahir. Dibali biasa warga dengan menyebutnya kasta sedangkan di Sumatra warga biasa menyebutnya dengan Marga. Kasta dan marga mempunyai peran penting bagi nilai dan penghargaan orang tersebut apabila warga merupakan keturunan raja maka warga tersebut mempunyai nilai lebih dari pada warga lain. http://sosbud.kompasiana.com/2013/09/05/perbedaan-dalam-masyarakat-itu-alamiah-asalkan-586901.html
                Status pada warga dengan marga dan kasta saat ini sudah tidak terlalu diperhitungkan tetapi muncul status warga baru dimana dengan sebutan warga elit, warga menengah dan warga bawah. Sayangnya status warga ini justru menjadi jurang pemisah bagi nilai yang ada dalam bangsa taitu status dilihat dari jabatan , ekonomi dan financial dari warga tersebut. Hal ini terjadi begitu saja dan dibentuk karena kemampuan ekonomi pada warga tersebut. Apabila warga merupakan golongan elit seperti pejabat dan anggota parlemen dimana mereka mendapatkan perlakuan lebih pada pemerintahan seperti berobat dan lain-lain. Mereka juga biasanya datang dari golongan kaya dan mempunyai materi yang berlimpah.
                Pada golongan warga menengah biasanya merupakan warga sipil yang mempunyai harta yang cukup lumayan dan banyak, warga dengan golongan menengah biasanya hidup dengan keadaan yang cukup dan diatas garis kemiskinan sedangakan pada warga bawah merupakan warga yang kehidupan sehari-hari hidup dengan keadaan yang sederhana atau miskin atau hidup pas-pasan. Mereka akan sangat susah apabila mereka mengalami kebuthan seperti sakit dan hak yang didapat pada permerintah.
Permintah pun sepertinya setuju dengan hal ini dikarenakan pemerintah menutup mata atas setiap perbedaan yang dialami warga miskin, setiap bulannya warga miskin mendapat bantuan untuk menopang kehidupan masyarakat miskin seharusnya pemerintah harus melakukan status dan perlakuan yang sama pada warga adagar tidak terjadi kesenjangan social pada setiap warga.

Mudah-mudahan pemerintah dapat mendapatkan solusi yang tepat dengan keadaan bangsa dimana bangsa kita mempunyai warga yang cukup banyak dan tinggal dengan tersebar luas di kepulauan NKRI.

Menjadi TKI, amankah ?

            Setiap kali kita mendengar kata TKI maka yang terbisat dalam pikiran kita adalah kekerasan, penindasan, asusila dan korban kematian. Tenaga kerja Indonesia merupakan salah satu devisa terbesar bagi bangsa tercinta init pi sayangnya penghasil devisa tersebut tida sesuai dengan peraturan dan keamanan ketika mereka bekerja. Minimnya perlindungan TKI yang berada didalam dan di luar negeri menjadi pemicu banyaknya tindak criminal yang terjadi tenaga kerja Indonesia tepatnya pekerja wanita membuat banyak konflik antara masyarakat.

            Umumnya pekerja yang sering mengalami kekerasan, pemerkosaan bahkan sampai kehilangan nyawa di alami oleh pekerja wanita. Hampir tiap tahun kita dapat menyaksikan di televise apa yang terjadi pada TKW kita. Minimnya regulasi untuk menjadi TKW merupakan salah satu penyebab terjadinya kekerasan pada pekerja wanita dan banyaknya calo illegal juga mengakibatkan bayak pekerja wanita terjebak oleh iming-iming gaji yang besar. Para calo pun tidak habis akal untuk merekrut para gadis-gadis yang tinggal di pedesaan untuk menjadi pekerja di luar negeri. Dengan iming-iming gaji yang besar dan meningkatkan ekonomi keluarga dan tidak adanya pekerjaan di desa membuat silau para gadis tersebut untuk merantau mengadu nasib diluar negeri.
            Ketika mereka bekerja mereka tidak tahu dimana mereka bekerja dan apa pekerjaan mereka, mereka hanya diimingi dengan gaji yang lumayan besar, biasanya mereka di kontrak sekita 1-2 tahun untuk bekerja disana, tapi naas apa yang terjadi ketika mereka sampai disana, mereka menagalami situasi yang rumit dan kondisi yang tidak menguntungkan bagi mereka, seperti yang terjadi pada TKW yang bernama Nirmala Bonat seperti yang ada pada media elektronik berikut: http://m.indosiar.com/fokus/lemahnya-perlindungan-terhadap-tki_27732.html
            Berikut adalah sekilas tentang cerita nirmala: “Kisah tentang kekejaman yang dialami para TKI terutama para Tenaga Kerja Wanita (TKW) diluar negeri seolah tiada habisnya. Belum selesai masalah 5 TKI yang terancam hukuman mati di Singapura, kini muncul kasus penganiayaan terhadap TKW asal Kupang, Nusa Tenggara Timur, Nirmala Bonat oleh majikan perempuannya di Malaysia. Disekujur tubuh termasuk dada dan punggung Nirmala, ditemukan bekas luka bakar akibat disetrika atau siraman air panas.

            Belum lagi luka akibat pukulan dibagian kepala. Nirmala mengaku, selama 5 bulan, ia kerap disiksa majikan perempuannya setiap melakukan kesalahan ringan. Dua hari setelah kasus Nirmala muncul, seorang TKW asal Bantul, Sulastri ditemukan tewas akibat terjun dari lantai 20 apartemen, tempatnya bekerja di Kuala Lumpur, Malaysia.”
            Sayangnya banyak PJTKI yang lepas tangan ketika hal ini terjadi pada pahlawan jutaan dolar tersebut. Merekapun mengatakan bahwa mereka sudah melakukan bagian mereka dan diluar kapasitas mereka untuk memantau setiap harinya yang dilakukan oleh pekerja tersebut. http://news.liputan6.com/read/452910/lemahnya-perlindungan-pemerintah-terhadap-tki.

            Pemerintahpun cukup dikatakan terlambat untuk menangani kasus-kasus yang terjadi seperti ini. Karena media mengangkat menjadi pemberitaan di media. Seharusnya pemerintaj mempunyai regulasi yang kuat dan sistim yang ketat untuk membawa pekerja keluar negeri. Karena ini merupakan menyangkut nama baik bangsa dan martabat bangsa yang dilihat oleh bangsa-bangsa lain.

            Tentunya kita mempunyai harapan yang besar agas masalah yang pelik ini dapat terselesaikan dengan cepat dan menjawab kebutuhan bagi setiap warga khususnya di daerah pedesaan. Pemerintah harus dapat membangun otonomi daerah yang merata dan memperdayakan warga yang ada di pedesaan.

Budaya Buang Sampah Sembarang, Bisa Berubah ?

            Kebersihan merupakan sebagian dari iman itu merupakan perkataan hamper setiap hari kita dengar, lalu apabila kita melihat indonesia khusus Jakarta, apa yang ingin kita katakana. Masalah kebersihan memang merupakan masalah yang berlarut-larut yang terjadi pada kota Jakarta, bertambahnya setiap hari jumlah sampah menimbulkan masalah yang penat, banyak dampak yang terjadi akibat penumpukan sampah, hamper sekitar 6.500 ton perhari sampah yang dihasilkan oleh warga Jakarta, http://www.antaranews.com/berita/402656/jakarta-hasilkan-6500-ton-sampah-perhari. Apa yang ada di benak kita bila hal ini terjadi sudah berapa puluh tahun yang lalu dan akan terjadi sampai puluhan tahun kedepan? Mungkin akan terjadi suatu gunangan sampah dan dapat mengakibatkan penyakit dan bencana setiap tahunnya.

            Banyaknya pola hidup yang tidak peduli lingkungan dan kurangnya tindakan pemerintah yang konsisten membuat masyarakat tidak peduli akan lingkungan, beberapa tindakan pola masyarakat pada membuang sampah sembarangan:
1.    Buang sampah sembarangan
2.    Buang sampah di sungai
3.    Berkegiatan di sungai
4.    Bekerja dan tinggal di emperan, dokumen pribadi
5.    Merokok di tempat umum
6.    Menempati bantaran sungai
           Hal ini memicu semrautnya pemandangan aliran sungai yang tidak enak untuk dilihat. Pada musim hujan sampah dapat mengakibatkan banjir yang cukup parah pada area Jakarta dan sekitarnya, banjirpun terjadi dengan deras air yag cukup tinggi karena aliran sungai tertutup oleh samapah yang tersangkut pada sungai sehingga air tertahan pada area yang rendah tidak langsung mengalir kelaut, dampak sampah terjadi juga ketika musim kemarau dimana sungai mengeluarkan bau yang tidak sedap di pinggiran sehingga dampak yang terjadi adalah timbulnya banyak penyakit dan meningkatnya populasi nyamuk ketika musim kemarau. http://jakarta.kompasiana.com/sosial-budaya/2013/11/12/jakarta-kota-metropolitan-dengan-budaya-kampung-608644.html
            Dampak yang lainm terjadia adalah sampah masuk ke dalam laut dimana sampah tersebut mengotori laut samapi radius 100KM sehingga area laut yang seharusnya menjadi pemandangan yang indah menjadi pemandangan yang tidak menyenangkan dan mengeluarkan bau yang tidak sedap.

            Saya mempunyai pengalaman ketika melakukan perjalanan wisata pada awal November ke kepulauan seribu, itu merupakan pengalaman pertama saya mengunjungi kepulauan seribu tepatnya pulau pari, pagi itu sukup indah dan cerah kami berangkat pada pukul 06.00 pagi dan bertemu di stasiun UKI, perjalan cukup lenggang dan mengasikan kami pun menikmati perjalan yang cukup sebentar dikarenakan perjalan kami merupakan hari libur panjang, dari UKI sampe menuju muara angke kami hanya memerlukan perjalanan selama 30 menit, saat kami memasuki area muara angke bau yang tak sedap mulai tercium kedalam mobil, semakin memndekat kamipun semakin mencium bau yang sangat tak sedap. Saya kaget ketika melihat sampah yang terdapat dipinggir aliran sungai menuju laut hampir seluruh aliran sungai dipenuhi oleh sampah yang merupakan sampah plastic atau non organic, sampai pada dermaga dimana kami akan menaiki kapal menuju Pulau Pari saya terkaget melihat air laut yang begitu kumuh dan bau, saya terkaget ketika melihat begitu bayaknya sampah yang ada pada muara tersebut , kami pun berjalan menuju Pulau Pari, perjalanan menuju kesana kami memerlukan waktu sekitar 2-3 jam, pada saat perjalanan saya sempat tertidur pulas sekitar 1 jam ketika saya terbangun sayapun terperangah ketika masih banyak sampah yang ada pada lau tersebut, sesampai pada kepulauan pari ternyata masih banyak juga sampah. Hal itu membuat pantai disekitar pulau menjadi tidak indah dan kotor.

            Itu merupakan potret dari dampak dari orang-orang yang tidak bertangung jawab untuk menjaga kebersihan kota lingkungan dan bangsa.

Selasa, 03 Desember 2013

Pengemis "Pekerjaan Baru" di Ibu Kota


Setiap orang membutuhkan uang untuk menyambung dan membiayai kehidupan sehari-hari, setiap tahunnya kebutuhan kesejahteraan kian meningkat banyak barang-barang kebutuhan rumah tangga yang mahal dari mulai sandang, pangan dan papan. Hal inilah menjadi fenomena yang terjadi pada daerah ibukota khususnya kota-kota basar yang ada di Indonesia dimana semakin meningkatnya jumlah “pekerja” baru yaitu pekerja jalanan atau “pengemis”. Adanya pengemis khususnya di Jakarta akhir-akhir ini menjadi sorotan pemerintahan ibu kota tersebut hal itu bermula dari tertangkapnya seorang pengemis yaitu walang (54) dan Sa’aran (70) yang menyimpan uang sebesar 25 juta dari hasil ngemisnya tersebut. Hal itu membuat sontak masrayakat kaget sehingga banyak opini yang terbentuk pengemis ternyata belum tentu orang tidak mamou “miskin”.


Fenomena yang terjadi cukup mengagetkan karena rata-rata pengemis di Jakarta datang dari luar Jakarta atau pedesaan, mungkin karena ini merupakan salah dari pemerintahan pusat dimana lowongan tenaga kerja tidak tersebar secara merata didaerah pedesaan khususnya daerah tertinggal sehingga itu menimbulkan urbanisasi warga pedesaan yang ada di daerah tertinggal.
Mungkin pengemis merupakan pekerjaan yang sangat menggiurkan bagi warga pedesaan sehingga ini menjadi fenomena yang baru yaitu menjadi suatu pekerjaan baru pada wilayah bagaimana tidak adanya pegemis yang tertangkap basah menyimpan uang di dalam gerobak yaitu 25 juta, hal inilah menjadi daya tarik bagi pengemis untuk menjadikan pengemis menjadi suatu pekerjaan baru. Sayangnya pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang akhir-akhir ini membuat resah pemerintahan Ibu Kota, sampai-sampai wakil gubernur yang sering dipanggil ahok pun turun tangan dan mengeluarkan peraturan yang cukup keras pada pengemis. Peraturan tersebut yaitu warga dilarang memberi pengemis uang.



ini merupakan pekerjaan bagi bagi pemerintahan untuk menyediakan lowongan yang merata pada daerah-daerah tertinggal, karena dengan begitu warga pedesaan menjadi nyaman dan tentram untuk tinggal di mereka sendiri. Besarnya peran pemerintahan daerah untuk meningkatkan lowongan pekerjaan juga merupakan solusi yang tepat, jika dijakarta banyak terdapat pekerjaan industri dan kantoran beda dengan warga daerah , pemerintah harus meningkatkan usaha kesenian dan pariwiasata.

Wayang ala Sumatra Utara “Sigale-gale”

Setiap provinsi mempunyai kesenian dan ciri khas tersendiri dan keunnikan yang beragam hal itu terjadi karena bangsa Indonesia mempunyai keberagaman kesenian dan adat istiadat yang cukup bayak di dunia. Hal itu merupakan kebanggan dan keunikan tersendiri bagi bangsa yang setengah nya merupakan air.
Salah satu kesenian yang cukup banyak terkenal adalah sebuah wayang yaitu sebuah patung atau benda yang berbentuk mirip manusia yang diperankan oleh dalang. Keunikan wayang tersebut merupakan cirri khas yang terdapat pada latar belakang wanyang tersebut ada. Seperti pada wilayah jawa wayang yang sangat terkenal adalah wayang kulit dimana wayang tersebut banyak memerankan tokoh pahlawan pada zaman dahulu.
Hal yang berbeda pada wayang yang ada di Sumatera utara adalah dari kisahnya yaitu dimana wayang tersebut dibuat dari kerinduan seorang raja kepada anaknya. Berikut adalah sekilas asal muasal sejarah tari dan wayang sigale-gale yang didapat dari http://kebudayaanindonesia.net/id/culture/1333/tari-sigale-gale.

Tari si gale-gale juga mempunyai cerita tersendiri, pada zaman dahulu kala ada seorang  raja yang tinggal di wilayah Toba. Ia memiliki seorang anak yang bernama “Manggale”. Pada zaman itu masih sering terjadi peperangan antar kerajaan, oleh karena itu sang raja memerintahkan sang anak “Manggale” untuk ikut berperang. “Manggale” pun tewas saat peperangan tersebut. Sang raja merasa sedih dan sangat terpukul karena kepergian anak semata wayangnnya. Kesehatannya semakin memburuk, salah seorang dari penasehat kerajaan pun memberikan nasehat kepada raja untuk membuatkan pahatan patung dari kayu dengan wajah menyerupai anaknya. Saat patung tersebut telah selesai, seorang tabib kerajaan pun melakukan upacara ritual dengan meniup sordam dan memanggil roh anak sang raja untuk dimasukan kedalam patung tersebut. Kesehatan sangraja pun semakin membaik ketika melihat patung  tersebut persis dengan wajah anaknya.

Wayang si gale-gale dahulu kala dibuat oleh sang raja untuk mengenang sang anak raja yang bernama “manggale” namun perubahan makna pun terjadi dimana tari tersebut menjadi sebuah kesenian dan ritual yang dilakukan oleh warga sumatera utara khususnya warga samosir.


Budaya merupakan salah satu identitas pada suatu Negara dimana kita dapat melihat keberanekaragaman yang ada pada bangsa tersebut. Kita patut bersyukur karena bagsa kita mempunyai banyak keanekaragaman namun karena minimnya kepedulian dan dukungan pemerintah untuk melestarikan budaya tersebut tak jarang banyak pihak-pihak yang sengaja mengambil dan mengatasnamakan budaya tersebut menjadi kepemilikan mereka. Waktu nya untuk kita dapat “melek” akan kesenian dan kebudayaan bangsa kita sendiri agar anak dan keturunan kita nanti masih bisa melihat dan menikmati kebudayaan tersebut.

Pemimpin yang sehat “Jasmani atau Rohani?


Pemimpin mempunyai dampak yang besar bagi setiap lingkungan, sekolah, organisasi bahkan sebuah Negara, tanpa pemimpin yang berani jujur dan tegas. Musuh utama para pemimpin saat ini adalah sebuah harta yang menggoda seperti jabatan, uang dan wanita atau pria, sehebat-hebatnya pemimpin sebuah bangsa dia akan kalah apabila dia tidak mempunyai sebuah karakter. http://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan Pemimpin yang mempunyai karakter yang sangat mudah mempengaruhi orang-orang yang ada di bawahnya, ada beberapa tipe pemimpin diantaranya:

1. Kepemimpinan yang efektif
2. Kepemimpinan Karismatik
3. Kepemimpinan tranformasional

Di Indonesia menjelang pemilihan umum 2014 sedang marak-maraknya mencari seorang pemimpin yang dapat melakukan transformasi bangsa, kerinduan ini muncul dikarenakan maraknya contoh pemimpin bangsa ini yang hanya dapat berkta tetapi tidak mampu memberikan teladan dan hasil nyata bagi keadaan Indonesia. Saat ini partai plotik sedang berlomba-lomba untuk membangun citra yang posistif untuk mencari suara dan kepercayaan masyarakat, sayangnya mereka melakukan tersebut menggunkan media social bukan menggunakan prestasi dan hasil yang telah dicapai sehingga masyarakat tidak mempunyai respon yang sangat besar bagi pemimpin tersebut.

Pemipin seharusnya bukan dinilai dari harta dan latar belakangnya tetapi harus dilihat apakah pemimpin tersebut sehat jasmani dan sehat rohani. Apabila pemimpin mempunyai 2 faktor ini maka pemimpin pasti bisa melakukan perubahan bagi yang dipimpinnya, tentunya apabila pemimpin tersebut mempunyai 2 faktor itu juga sangat memungkinkan pemimpin menjadi teladan dan dicontoh para masarakat.

Seperti yang terjadi pada daerah sumatera utara dimana para pemimpin ingin mendapatkan pemimpin yang arif dan bijaksana dan tentunya tidak ko rupsi dan tegas pada semua yang berbau korupsi. http://harianandalas.com/Komunitas/Sumut-Butuh-Pemimpin-Sehat-Jasmani-dan-Rohani


Harapan besar datang dari masyrakat indonesi tentang perubahan yang diinginkan bagi bangsa ini, dimana pemimpin dapat membawa bangsa mencapai tingkat kesejahteraan dan kenyamanan pada masyarakat tersebut.  Harapan itu akan datang pada pemilihan umum 2014. Semoga Indonesia mendapatkan seorang yang pemimpin yang sehat jasmai dan rohani tapi bukan sehat jasmai atau sehat rohani.