Ando Jefri

Rabu, 25 Desember 2013

Budaya Buang Sampah Sembarang, Bisa Berubah ?

            Kebersihan merupakan sebagian dari iman itu merupakan perkataan hamper setiap hari kita dengar, lalu apabila kita melihat indonesia khusus Jakarta, apa yang ingin kita katakana. Masalah kebersihan memang merupakan masalah yang berlarut-larut yang terjadi pada kota Jakarta, bertambahnya setiap hari jumlah sampah menimbulkan masalah yang penat, banyak dampak yang terjadi akibat penumpukan sampah, hamper sekitar 6.500 ton perhari sampah yang dihasilkan oleh warga Jakarta, http://www.antaranews.com/berita/402656/jakarta-hasilkan-6500-ton-sampah-perhari. Apa yang ada di benak kita bila hal ini terjadi sudah berapa puluh tahun yang lalu dan akan terjadi sampai puluhan tahun kedepan? Mungkin akan terjadi suatu gunangan sampah dan dapat mengakibatkan penyakit dan bencana setiap tahunnya.

            Banyaknya pola hidup yang tidak peduli lingkungan dan kurangnya tindakan pemerintah yang konsisten membuat masyarakat tidak peduli akan lingkungan, beberapa tindakan pola masyarakat pada membuang sampah sembarangan:
1.    Buang sampah sembarangan
2.    Buang sampah di sungai
3.    Berkegiatan di sungai
4.    Bekerja dan tinggal di emperan, dokumen pribadi
5.    Merokok di tempat umum
6.    Menempati bantaran sungai
           Hal ini memicu semrautnya pemandangan aliran sungai yang tidak enak untuk dilihat. Pada musim hujan sampah dapat mengakibatkan banjir yang cukup parah pada area Jakarta dan sekitarnya, banjirpun terjadi dengan deras air yag cukup tinggi karena aliran sungai tertutup oleh samapah yang tersangkut pada sungai sehingga air tertahan pada area yang rendah tidak langsung mengalir kelaut, dampak sampah terjadi juga ketika musim kemarau dimana sungai mengeluarkan bau yang tidak sedap di pinggiran sehingga dampak yang terjadi adalah timbulnya banyak penyakit dan meningkatnya populasi nyamuk ketika musim kemarau. http://jakarta.kompasiana.com/sosial-budaya/2013/11/12/jakarta-kota-metropolitan-dengan-budaya-kampung-608644.html
            Dampak yang lainm terjadia adalah sampah masuk ke dalam laut dimana sampah tersebut mengotori laut samapi radius 100KM sehingga area laut yang seharusnya menjadi pemandangan yang indah menjadi pemandangan yang tidak menyenangkan dan mengeluarkan bau yang tidak sedap.

            Saya mempunyai pengalaman ketika melakukan perjalanan wisata pada awal November ke kepulauan seribu, itu merupakan pengalaman pertama saya mengunjungi kepulauan seribu tepatnya pulau pari, pagi itu sukup indah dan cerah kami berangkat pada pukul 06.00 pagi dan bertemu di stasiun UKI, perjalan cukup lenggang dan mengasikan kami pun menikmati perjalan yang cukup sebentar dikarenakan perjalan kami merupakan hari libur panjang, dari UKI sampe menuju muara angke kami hanya memerlukan perjalanan selama 30 menit, saat kami memasuki area muara angke bau yang tak sedap mulai tercium kedalam mobil, semakin memndekat kamipun semakin mencium bau yang sangat tak sedap. Saya kaget ketika melihat sampah yang terdapat dipinggir aliran sungai menuju laut hampir seluruh aliran sungai dipenuhi oleh sampah yang merupakan sampah plastic atau non organic, sampai pada dermaga dimana kami akan menaiki kapal menuju Pulau Pari saya terkaget melihat air laut yang begitu kumuh dan bau, saya terkaget ketika melihat begitu bayaknya sampah yang ada pada muara tersebut , kami pun berjalan menuju Pulau Pari, perjalanan menuju kesana kami memerlukan waktu sekitar 2-3 jam, pada saat perjalanan saya sempat tertidur pulas sekitar 1 jam ketika saya terbangun sayapun terperangah ketika masih banyak sampah yang ada pada lau tersebut, sesampai pada kepulauan pari ternyata masih banyak juga sampah. Hal itu membuat pantai disekitar pulau menjadi tidak indah dan kotor.

            Itu merupakan potret dari dampak dari orang-orang yang tidak bertangung jawab untuk menjaga kebersihan kota lingkungan dan bangsa.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda