Budaya Buang Sampah Sembarang, Bisa Berubah ?
Kebersihan merupakan sebagian dari
iman itu merupakan perkataan hamper setiap hari kita dengar, lalu apabila kita
melihat indonesia khusus Jakarta, apa yang ingin kita katakana. Masalah kebersihan
memang merupakan masalah yang berlarut-larut yang terjadi pada kota Jakarta,
bertambahnya setiap hari jumlah sampah menimbulkan masalah yang penat, banyak
dampak yang terjadi akibat penumpukan sampah, hamper sekitar 6.500 ton perhari
sampah yang dihasilkan oleh warga Jakarta, http://www.antaranews.com/berita/402656/jakarta-hasilkan-6500-ton-sampah-perhari.
Apa yang ada di benak kita bila hal ini terjadi sudah berapa puluh tahun yang
lalu dan akan terjadi sampai puluhan tahun kedepan? Mungkin akan terjadi suatu
gunangan sampah dan dapat mengakibatkan penyakit dan bencana setiap tahunnya.
Banyaknya pola hidup yang tidak
peduli lingkungan dan kurangnya tindakan pemerintah yang konsisten membuat
masyarakat tidak peduli akan lingkungan, beberapa tindakan pola masyarakat pada
membuang sampah sembarangan:
1.
Buang sampah sembarangan
2. Buang
sampah di sungai
3. Berkegiatan
di sungai
4. Bekerja
dan tinggal di emperan, dokumen pribadi
5. Merokok
di tempat umum
6.
Menempati bantaran sungai
Hal
ini memicu semrautnya pemandangan aliran sungai yang tidak enak untuk dilihat. Pada
musim hujan sampah dapat mengakibatkan banjir yang cukup parah pada area Jakarta
dan sekitarnya, banjirpun terjadi dengan deras air yag cukup tinggi karena
aliran sungai tertutup oleh samapah yang tersangkut pada sungai sehingga air
tertahan pada area yang rendah tidak langsung mengalir kelaut, dampak sampah
terjadi juga ketika musim kemarau dimana sungai mengeluarkan bau yang tidak
sedap di pinggiran sehingga dampak yang terjadi adalah timbulnya banyak
penyakit dan meningkatnya populasi nyamuk ketika musim kemarau. http://jakarta.kompasiana.com/sosial-budaya/2013/11/12/jakarta-kota-metropolitan-dengan-budaya-kampung-608644.html
Dampak yang lainm terjadia adalah
sampah masuk ke dalam laut dimana sampah tersebut mengotori laut samapi radius
100KM sehingga area laut yang seharusnya menjadi pemandangan yang indah menjadi
pemandangan yang tidak menyenangkan dan mengeluarkan bau yang tidak sedap.
Saya mempunyai pengalaman ketika
melakukan perjalanan wisata pada awal November ke kepulauan seribu, itu
merupakan pengalaman pertama saya mengunjungi kepulauan seribu tepatnya pulau
pari, pagi itu sukup indah dan cerah kami berangkat pada pukul 06.00 pagi dan
bertemu di stasiun UKI, perjalan cukup lenggang dan mengasikan kami pun
menikmati perjalan yang cukup sebentar dikarenakan perjalan kami merupakan hari
libur panjang, dari UKI sampe menuju muara angke kami hanya memerlukan
perjalanan selama 30 menit, saat kami memasuki area muara angke bau yang tak sedap
mulai tercium kedalam mobil, semakin memndekat kamipun semakin mencium bau yang
sangat tak sedap. Saya kaget ketika melihat sampah yang terdapat dipinggir
aliran sungai menuju laut hampir seluruh aliran sungai dipenuhi oleh sampah
yang merupakan sampah plastic atau non organic, sampai pada dermaga dimana kami
akan menaiki kapal menuju Pulau Pari saya terkaget melihat air laut yang begitu
kumuh dan bau, saya terkaget ketika melihat begitu bayaknya sampah yang ada
pada muara tersebut , kami pun berjalan menuju Pulau Pari, perjalanan menuju
kesana kami memerlukan waktu sekitar 2-3 jam, pada saat perjalanan saya sempat
tertidur pulas sekitar 1 jam ketika saya terbangun sayapun terperangah ketika
masih banyak sampah yang ada pada lau tersebut, sesampai pada kepulauan pari
ternyata masih banyak juga sampah. Hal itu membuat pantai disekitar pulau
menjadi tidak indah dan kotor.
Itu merupakan potret dari dampak
dari orang-orang yang tidak bertangung jawab untuk menjaga kebersihan kota
lingkungan dan bangsa.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda