Ilmu Pengetahuan melawan kemiskinan
Manusia
merupakan mahkluk yang paling special yang diciptakan Tuhan, hal itu
menunjukkan status yang lebih tinggi dari mahkluk hidup yang lain. Tiap tahunnya
manusia berkembang dalam diri dan menciptakan pengetahuan-pengetahuan baru. Ilmu,
sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan
dalam alam manusia.[1] Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan
yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya,
dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.[2]. http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu.
Ilmu
pengetahuan mempunyai peran penting untuk melawan kemiskinan dan kesejahteraan
pada masyarakat, semakin ilmu pengetahuan merata dalam suatu lingkungan
masyarakat maka kemiskinan pun semakin berkurang. Kemiskinan merupakan hal yang
krusial pada bangsa kita. Total rakyat miskin saat ini mencapai sekitar 28.07
juta jiwa seperti yang terlansir dalam website pemerintah yaitu http://www.bps.go.id/?news=1023.
Berikut
adalah hasil kutipan dari website pemerintah: “Pada
bulan Maret 2013, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per
kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,07 juta
orang (11,37 persen), berkurang sebesar 0,52 juta orang dibandingkan dengan
penduduk miskin pada September 2012 yang sebesar 28,59 juta orang (11,66
persen).
Selama periode
September 2012-Maret 2013, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang
0,18 juta orang (dari 10,51 juta orang pada September 2012 menjadi 10,33 juta
orang pada Maret 2013), sementara di daerah perdesaan berkurang 0,35 juta orang
(dari 18,09 juta orang pada September 2012 menjadi 17,74 juta orang pada Maret
2013).
Selama periode
September 2012-Maret 2013, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan dan
perdesaan tercatat mengalami penurunan. Persentase penduduk miskin di daerah
perkotaan pada September 2012 sebesar 8,60 persen, turun menjadi 8,39 persen
pada Maret 2013. Sementara penduduk miskin di daerah perdesaan menurun dari
14,70 persen pada September 2012 menjadi 14,32 persen pada Maret 2013.
Peranan komoditi
makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan
komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).
Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada Maret 2013
tercatat sebesar 73,52 persen, kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi
September 2012 yang sebesar 73,50 persen.
Komoditi makanan
yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan relatif
sama dengan di perdesaan, diantaranya adalah beras, rokok kretek filter, telur
ayam ras, mie instan, gula pasir, tempe, dan bawang merah. Sedangkan, untuk
komoditi bukan makanan diantaranya adalah biaya perumahan, listrik, pendidikan,
dan bensin.
Pada periode
September 2012-Maret 2013, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan penurunan. Ini mengindikasikan bahwa
rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati Garis
Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit.”
Jika kita melihat
dari data diatas maka kemiskinan yang pada tahun 2013 mengalami penurunan, itu
merupakan hasil yang baik bagi keadaan bangsa kita dan pemerintah, terlepas
dari hal pemerintah juga menggalakan sekolah wajib 12 tahun dimana yang artinya
setiap anak harus menyelesaikan sekolah sampai tingkat sekolah menengah atas
(SMA). Hal itu juga karena pemerintah mengerti benar bahwa pengetahuan
merupakan peranan yang sangat penting yang harus dilakukan oleh setiap warga Negara.
Karena dengan tinggi tingkat pengetahuan atau pendidikan dari generasi muda
maka semakin tahun angka kemiskinan akan semakin berkurang.
Tentunya hasil
yang didapat belum maksimal dengan target pemerintah dimana seluruh generasi
muda mempunyai pengetahuan yan mempuni agar generasi muda dapat membuka
pekerjaan atau usaha-usaha yang baru dijamannya. Program pemerintah juga harus
mendapat dukungan dari orang tua agar sejak dini menanamkan kegiatan sekolah
sampai mendapat pengetahun yang layak dan dapat bekerja sesuai kebutuhan
lapangan pekerjaan.